JEMAAT CITRA RAYA TANGERANG
"Keluarga
Teladan dalam Pekerjaan Tuhan"
PENDAHULUAN
Puji syukur kita
panjatkan kepada Tuhan Yesus yang tiada henti melimpahkan berkat dan kasihNya.
Dalam setiap perjalanan kehidupan kita sehari-hari ada proses yang harus
dilalui. Proses yang harus ditempuh seringkali tidak mudah, mungkin ada yang
harus dijalani dengan kerja keras, beban studi yang berat, tekanan dari
pekerjaan, pergumulan dalam pergaulan, dan lain sebagainya.
Perkemahan
Keluarga Jemaat Citra Raya kali ini bertujuan untuk membangun mental agar tiap
keluarga dapat dibentuk menjadi seperti pejuang-pejuang muda dan memiliki semangat
pelayanan. Sehingga dimanapun keberadaan kita sebagai jemaat Tuhan, tetap
berani maju sebagai pejuang Kristus yang siap menjadi teladan, siap menjalani
tantangan hidup dan berani mengadakan perubahan yang positif.
Untuk mewujudkannya,
dibutuhkan suatu kegiatan yang mampu meningkatkan iman dan mental sebagai
anak-anak Tuhan yang memiliki integritas di lingkungannya. Oleh karena itu
jemaat bermaksud menyelenggarakan kegiatan ini dengan harapan peserta dapat
memberikan pengaruh yang lebih baik dalam kehidupan sehari-hari, baik bagi diri
sendiri maupun lingkungan di sekitarnya.
DASAR
PEMIKIRAN
1. Program kerja Jemaat Citra 2018-2019
2. 1 Timotius 4:12 dan 2 Timotius 2:1-13
TUJUAN
1. Melaksanakan program kerja Jemaat,
2. Menciptakan pribadi-pribadi yang memiliki mental
takut akan Tuhan,
3. Menciptakan pribadi yang tangguh dan
berintegritas dalam Tuhan Yesus,
4. Jemaat dapat menjadi terang bagi masyarakat dan
mengubah dunia melalui perbuatan dan pikiran,
5. Memiliki ketekunan dalam melaksanakan
tanggungjawab untuk memelihara alam sekitar.
BENTUK
KEGIATAN
1. Sesi I: lbadah Sabat - Sukacita Perbaktian
Pendalaman Alkitab dan
khotbah adalah pusat dari kebaktian pada Perjanjian Baru. Dimulai dengan
khotbah Petrus pada hari Pentakosta, yang terdapat di kitab Kisah Para Rasul 2,
dan mulai dari masa para pembaharu Protestan sampai masa kita sekarang, setiap
kebangkitan rohani didasarkan pada khotbah Alkitabiah. Kenapa? "Sebab
FIRMAN Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua
manapun" (Ibrani 4:12-13).
Sesi ini membahas mengenai panggilan setiap
orang, bahwa setiap orang sesungguhnya dipanggil oleh Allah untuk menjadi
teladan, melayani di manapun dia berada, melakukan pekerjaan Tuhan, dan untuk
menjadi pengubah dunia (Matius 28: 19-20).
Di hati kita yang terdalam
terdapat kerinduan untuk berbakti kepada Tuhan, dan kerinduan itu dapat memudar
jika kita tidak menyatakannya. Bagaimana perasaaan Pemazmur ketika dia pergi ke
tempat perbaktian? "Aku bersukacita, ketika
dikatakan orang kepadaku: Mari kita pergi ke rumah Tuhan." - Mazmur 122:1.
2. Sesi II: Rumah Tangga adalah Jantung Segala
Kegiatan
Sesi ini membahas mengenai bagaimana cara menjadi
Keluarga yang berkomitmen, berprinsip, dan percaya diri. Bertujuan untuk
membentuk karakter yang bertanggung jawab ,berpendirian, tidak mudah putus asa
dan tahan banting dalam menghadapi tantangan hidup.
Keluarga Bahagia adalah suatu rumah tangga di
mana standar dan kebiasaan umat Allah diajarkan dan dihidupkan, suatu tempat
untuk mana para bapa dan ibu umat Allah ditugaskan Yesus untuk pergi dan
menjadikan anggota keluarga mereka sendiri Nasrani. Dan dengan maksud agar
tugas itu terlaksana dengan baik, orang tua umat Allah mencari pertolongan yang
mungkin mereka dapati.
Masyarakat terbentuk dari keluarga-keluarga,
dan anggota-anggota keluarga, itulah yang membentuknya. Dari dalam hati
“terpancarlah kehidupan;” dan jantung masyarakat, jantung jemaat, dan jantung
sesuatu bangsa ialah rumah tangga. Kesejahteraan masyarakat, kemajuan jemaat,
kemakmuran bangsa, tergantung atas pengaruh-pengaruh rumah tangga. (EG White
MKB 13.2)
3. Sesi III: Menjadi Pengubah
Dunia
Sesi ini membahas mengenai
bagaimana aksi dan sikap setelah memiliki jiwa pejuang di dunia. Bagaimana sebagai seorang
pejuang
Kristus yang mampu menjadi
teladan bagi sekeliling, berani memperbaiki yang sa lah, dan berani mengadakan perubahan.
Supaya
dapat menyampaikan pekabaran yang sama dengan yang telah disampaikan Yohanes,
kita harus memiliki pengalaman seperti pengalamannya. Pekerjaan yang sama harus
dilakukan di dalam diri kita. Kita harus memandang Allah, dan dengan memandang
Dia, kita kehilangan pandangan atas diri sendiri. Kehidupan Yohanes tidak
dilewatkan dengan kemalasan, dengan kesuraman pertapa, atau dengan pengasingan
yang mementingkan diri sendiri. Dari waktu ke waktu ia pergi berbaur dengan
orang; dan ia selalu menjadi seorang pengamat yang penuh minat terhadap apa
yang sedang berlangsung di dunia. Di tempat yang sunyi, dengan merenung dan
berdoa, berusaha mempersiapkan jiwanya untuk pekerjaan seumur hidup di
hadapannya.