RECENT POSTS:

Retret Jemaat Citra Raya 2019

PERKEMAHAN KELUARGA
JEMAAT CITRA RAYA TANGERANG


"Keluarga Teladan dalam Pekerjaan Tuhan"




PENDAHULUAN

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yesus yang tiada henti melimpahkan berkat dan kasihNya. Dalam setiap perjalanan kehidupan kita sehari-hari ada proses yang harus dilalui. Proses yang harus ditempuh seringkali tidak mudah, mungkin ada yang harus dijalani dengan kerja keras, beban studi yang berat, tekanan dari pekerjaan, pergumulan dalam pergaulan, dan lain sebagainya.
Perkemahan Keluarga Jemaat Citra Raya kali ini bertujuan untuk membangun mental agar tiap keluarga dapat dibentuk menjadi seperti pejuang-pejuang muda dan memiliki semangat pelayanan. Sehingga dimanapun keberadaan kita sebagai jemaat Tuhan, tetap berani maju sebagai pejuang Kristus yang siap menjadi teladan, siap menjalani tantangan hidup dan berani mengadakan perubahan yang positif.
Untuk mewujudkannya, dibutuhkan suatu kegiatan yang mampu meningkatkan iman dan mental sebagai anak-anak Tuhan yang memiliki integritas di lingkungannya. Oleh karena itu jemaat bermaksud menyelenggarakan kegiatan ini dengan harapan peserta dapat memberikan pengaruh yang lebih baik dalam kehidupan sehari-hari, baik bagi diri sendiri maupun lingkungan di sekitarnya.

DASAR PEMIKIRAN

1. Program kerja Jemaat Citra 2018-2019
2. 1 Timotius 4:12 dan 2 Timotius 2:1-13

TUJUAN

1. Melaksanakan program kerja Jemaat,
2. Menciptakan pribadi-pribadi yang memiliki mental takut akan Tuhan,
3. Menciptakan pribadi yang tangguh dan berintegritas dalam Tuhan Yesus,
4. Jemaat dapat menjadi terang bagi masyarakat dan mengubah dunia melalui perbuatan dan pikiran,
5. Memiliki ketekunan dalam melaksanakan tanggungjawab untuk memelihara alam sekitar.



BENTUK KEGIATAN

1. Sesi I: lbadah Sabat - Sukacita Perbaktian
Pendalaman Alkitab dan khotbah adalah pusat dari kebaktian pada Perjanjian Baru. Dimulai dengan khotbah Petrus pada hari Pentakosta, yang terdapat di kitab Kisah Para Rasul 2, dan mulai dari masa para pembaharu Protestan sampai masa kita sekarang, setiap kebangkitan rohani didasarkan pada khotbah Alkitabiah. Kenapa? "Sebab FIRMAN Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun" (Ibrani 4:12-13).
Sesi ini membahas mengenai panggilan setiap orang, bahwa setiap orang sesungguhnya dipanggil oleh Allah untuk menjadi teladan, melayani di manapun dia berada, melakukan pekerjaan Tuhan, dan untuk menjadi pengubah dunia (Matius 28: 19-20).
Di hati kita yang terdalam terdapat kerinduan untuk berbakti kepada Tuhan, dan kerinduan itu dapat memudar jika kita tidak menyatakannya. Bagaimana perasaaan Pemazmur ketika dia pergi ke tempat perbaktian? "Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: Mari kita pergi ke rumah Tuhan." - Mazmur 122:1.

2. Sesi II: Rumah Tangga adalah Jantung Segala Kegiatan
Sesi ini membahas mengenai bagaimana cara menjadi Keluarga yang berkomitmen, berprinsip, dan percaya diri. Bertujuan untuk membentuk karakter yang bertanggung jawab ,berpendirian, tidak mudah putus asa dan tahan banting dalam menghadapi tantangan hidup.
Keluarga Bahagia adalah suatu rumah tangga di mana standar dan kebiasaan umat Allah diajarkan dan dihidupkan, suatu tempat untuk mana para bapa dan ibu umat Allah ditugaskan Yesus untuk pergi dan menjadikan anggota keluarga mereka sendiri Nasrani. Dan dengan maksud agar tugas itu terlaksana dengan baik, orang tua umat Allah mencari pertolongan yang mungkin mereka dapati.
Masyarakat terbentuk dari keluarga-keluarga, dan anggota-anggota keluarga, itulah yang membentuknya. Dari dalam hati “terpancarlah kehidupan;” dan jantung masyarakat, jantung jemaat, dan jantung sesuatu bangsa ialah rumah tangga. Kesejahteraan masyarakat, kemajuan jemaat, kemakmuran bangsa, tergantung atas pengaruh-pengaruh rumah tangga. (EG White MKB 13.2)

3. Sesi III: Menjadi Pengubah Dunia
Sesi  ini  membahas mengenai bagaimana aksi dan sikap setelah memiliki jiwa pejuang di dunia. Bagaimana sebagai seorang pejuang Kristus yang mampu menjadi teladan bagi sekeliling, berani memperbaiki yang sa lah, dan berani mengadakan perubahan.
Supaya dapat menyampaikan pekabaran yang sama dengan yang telah disampaikan Yohanes, kita harus memiliki pengalaman seperti pengalamannya. Pekerjaan yang sama harus dilakukan di dalam diri kita. Kita harus memandang Allah, dan dengan memandang Dia, kita kehilangan pandangan atas diri sendiri. Kehidupan Yohanes tidak dilewatkan dengan kemalasan, dengan kesuraman pertapa, atau dengan pengasingan yang mementingkan diri sendiri. Dari waktu ke waktu ia pergi berbaur dengan orang; dan ia selalu menjadi seorang pengamat yang penuh minat terhadap apa yang sedang berlangsung di dunia. Di tempat yang sunyi, dengan merenung dan berdoa, berusaha mempersiapkan jiwanya untuk pekerjaan seumur hidup di hadapannya.